Jumat, 14 November 2014

Mantan Kekasihmu Itu Jokowi atau...?

Kamu sangat mencintai kekasihmu, pembuktiannya adalah kamu merawat dan memperhatikannya sepenuh hati. Kamu keluarkan tenaga, biaya, untuk mengantarkan kekasihmu pada kesuksesan. Berhari-hari. Lalu kamu banggakan kekasihmu di depan publik. Kamu katakan bahwa kamu beruntung memilih dia.

Kamu tidak peduli ketika ribuan orang mengatakan kekasihmu buruk rupa. Yang kamu tahu, kekasihmu lah yang terbaik, bak dewa yang turun dari langit sangat sempurna. Kamu semakin bahagia. Akhirnya kekasih pujaanmu sampai pada kesuksesan.

Sang kekasih telah duduk dengan tenang. Menikmati segala keberhasilan yang diusahakanmu mati-matian. Ingat, dulu, kamu hampir melupakan dirimu sendiri karena selalu memikirkan kekasihmu. Dan sekarang...kekasihmu tersenyum dengan kesuksesan yang agung. Saking agungya, kamu tidak dapat menjangkaunya. Tanganmu berusaha menggapai-gapainya, tapi apa daya, sekarang jarakmu terlampau jauh, jauuh...sekali.

Suatu kali kamu pun berteriak, "hey..aku dulu yang mengantarmu pada kesuksesan, kemarilah peluk aku..! Kita yang dulu makan nasi rames bersama..". Dan...kekasihmu membalas dengan tawa yang lebar.., "Ha..ha..ha.., maaf, aku tidak kenal kamu,".

Sambil mengusap air mata dan perutmu yang lapar, kamu menyadari bahwa sesungguhnya sudah ada tanda-tanda kamu akan dilupakan:
1. BBM mu tidak di balas, tapi BBM akan dinaikan
2. Pintu rumahmu dicopot agar semua orang asing bisa bebas masuk rumahmu

Sabtu, 13 September 2014

Butuh Kopi


Tak ada cangkir tersisa di rak sana. Hanya tumpukan bekas bungkus kopi yang belum dibuang pada tempatnya. Ini keadaan yang kurang menguntungkan bagi badanku. Yang lesu. Aku butuh berdebar-debar untuk mengerjakan segala sesuatunya, termasuk mengomentari statusmu. Tapi ternyata dalam hidup ini bukan hanya kopi yang dapat memacu adrenalin. Kadangkala diskusi tentang masalah yang sedang kita hadapi dapat membangkitkan kembali syaraf otak kita, mendengar kabar kematian orang yang kita kagumi atau sahabat kita juga sedikit menegangkan. Tapi ketika semua persoalan itu di dukung kopi, maka lebih dahsyat lagi jantung dan otak ini bekerja.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Upaya Mengembalikan Surga

Terdapat gambaran surga yang menarik dalam sebuah kitab suci salah satu agama samawi. Di sana surga digambarkan dengan sebentuk taman yang dihiasi sungai-sungai. Barangkali sungai itulah yang dianggap sebagai kemewahan
setimpal bagi orang-orang beriman yang mengerjakan kebajikan di dunia. Ya, ada sungai di surga.

Terlepas dari doktrin atau ajaran agama tersebut, bagi saya sungai adalah kegembiraan yang lepas, bebas. Suara gemercik dan air yang meliuk-liuk mengikuti hukum alam, mengisi ruang yang lebih rendah lalu memanjang sampai ke muara merupakan pesona yang melekat dalam-dalam pada ingatan dan rasa pengalaman yang menakjubkan. 




Senin, 18 Agustus 2014

Kekasih di Seberang Lampu Merah

Di antara hujan kita terpisah lampu merah
Kekasihku,
menyebranglah...
aku ingin berteduh
di balik jaketmu yang sobek

Memanggil Kembali Ruh Indonesia

Setelah mengikuti upacara pengibaran bendera Sang Merah Putih untuk memperingati HUT RI ke-69 kemarin, pagi ini kembali aku menyadari tak ada ruh apa pun di tubuh bangsa ini. Bahwa Ia berjalan memang berjalan, tapi nafas dan detak jantungnya entah seperti apa, aku tak merasakannya. Tangan kananku yang membentuk pola hormat kepada sang saka merah putih saat upacara berlangsung, tubuhku yang berdiri tegak dibawah terpaan sinar mentari, telingaku yang tak singkron dengan otakku saat lagu-lagu kebangsaan dinyanyikan, dan tatap mata yang lurus tapi kabur, menyiratkan kekosongan jiwa dalam segala pengkhayatan pribadi kepada negeri ini. Dan aku sedih mengalami kehampaan fatal sebagai putra bangsa.
Tengoklah ke dalam sebelum berteriak merdeka! (Fotografer: Amin Bellet)