Kamis, 18 Februari 2016

Kunci-kunci Komunikasi [ I ]

[Part I) 
Setiap orang pengennya dimengerti  tapi gagal dalam mengkomunikasikan ingin dan maksudnya. Kegagalan kayak gini seringkali bikin frustasi, tak sedikit pula berujung bunuh diri. Ah tragis sekali kalau makhluk yang diciptakan dengan kepandaian komunikasi ini tidak bisa mendayagunakan kemampuannya. Semua dari kita sebenarnya bisa mengungkapkan isi hati, maksud pikiran dan sejuta-juta ingin. Persoalannya tinggal kita mau jujur atau tidak, mau terbuka atau tidak. Paling enggak, ketika kita jujur, orang yang menerima pesan jadi tau betul apa keinginan kita. Karena minimalnya tahu dulu kan..., adapun keputusan apa yang akan diambil adalah sebuah konsekuensi setelah penerima pesan tau apa maksud dari pemberi pesan.

Eh tapi keinginan dimengerti itu bukan sekedar "iya tau" kan. Tapi lebih kepada "apa yang dilakukan sesudah tau". Mungkinkah orang-orang disekitar kita akan menjadi tiba-tiba mengerti dan patuh kepada kita? Ahaa..tunggu dulu, siapa kita? Jangankan manusia biasa, seorang raja pun bisa saja tidak dipatuhi. Seorang Nabi pun bisa tidak didengarkan, Seorang Ibu pun bisa dibantah bahkan direndahkan. Lalu bagaimana agar keinginan kita bisa diterjemahkan dengan baik oleh penerima pesan?

Yang pertama sekali, seperti yang saya singgung diatas, adalah kejujuran. Meskipun ada orang-orang yang berhasil mendapati maunya dengan cara berbohong, percayalah, lambat laun kebohongan itu hanya akan menjadi senjata yang menikam diri sendiri. Namun demikian, kejujuran saja tidak cukup membuat seseorang berhasil melakukan komunikasi.  Karena kejujuran seringkali dirasa pahit, memuakan. Maka pakaikanlah sebuah "seni" dalam jubah kejujuranmu. Agar Ia tampak anggun dan elegan sehingga membuat nyaman orang yang menyaksikannya. 

Manusia memang suka seni atau keindahan. Maka dalam segala hal ada seninya, termasuk komunikasi. Selain keindahan, ternyata manusia juga suka membuat aturan demi menjaga hak hidup bersama. Aturan dasar manusia dalam hidup bersosial itulah yang saya sebut sebagai etika. Etika menyangkut soal rasa--pantas tidak pantas, boleh tidak boleh. Maka dalam komunikasi terapkan pula sebuah landasan yang bernama "etika".

Bersambung dulu ya, udah mahgrib...

Batavia, Jelang Maghrib, 18 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar