Awal tahun ini aku berkesempatan menyalurkan bantuan untuk korban tanah
longsor di dusun Jemblung, kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Meski
tidak menjadi relawan yang terjun
berhari-hari, setidaknya kedatanganku dan teman-teman mewakili kepedulian
banyak orang yang tidak bisa mengungkapkan empatinya secara langsung.
Kami berangkat dari Ibu kota pada hari Rabu (7/1), jam 7.30 WIB. Perjalanan
dilakukan secara santai,karena memang kami tidak punya target waktu atau pun
terburu-buru. Yang tertanam dalam benak kami adalah bisa sampai tujuan dengan
selamat, lalu menyampaikan amanah yang dititipkan orang-orang untuk korban.
Setelah sempat bermalam di rumah Pak Pudjo Sumedi di Banyumas, aku, Yusuf,
Arif, Eko, Ari dan sang pengemudi, Mas Kimin pun melanjutkan perjalanan Kamis
paginya. Perjalanan yang menegangkan
sebab menaiki bukit yang berkelok-kelok, jurang-jurang dengan struktur tanah
yang labil. Sungguh membuat mulut komat-kamit melantunkan do’a. Beruntung sang
pengemudi adalah pengemudi handal dengan jam terbang tinggi sehingga bisa lebih rileks saat menaklukan jalanan.
Melihat kondisi tanah di Banjarnegara, aku langsung memahami bahwa bencana
tanah longsor pada Jum’at, 12/12/2014 itu pantas saja terjadi. Bagaimana
mungkin tanah yang labil seperti yang aku lihat itu dapat menyangga
bangunan-bangunan dengan kuat? Sedangkan tanpa didirikan bangunan di atasnya
pun kemungkinan longsor dipastikan sangat besar. Apalagi jika ditambah
persoalan tanaman-tanaman yang ditanam oleh warga tidak begitu mendukung
penguatan tanah atau bukit, seperti pohon-pohon salak yang akarnya tidak
mencekeram bumi.
|
Tebing yang mengalami longsor kecil di sepanjang jalan desa Karangkobar |
|
Jalan aspal yang sudah longsor separoh |
|
Gunung Lawe, gunung bebatuan yang berpotensi longsor akibat pelapukan |
Setelah menghabiskan waktu sekitar 2 jam-an untuk membelah bukit, kami pun sampai ke lokasi yang dituju. Kami melewati tempat terjadinya bencana maha dahsyat itu, masyarakat sekitar menyebutnya tsunami tanah. Disebut tsunami tanah karena kejadian longsor ini terlihat khusus, yaitu tanah yang ada di bukit menyembur ke daerah sekitar. Sehingga korban yang tertimpa tanah bukan hanya warga yang tinggal di bawah bukit.
|
Lokasi longsor |
|
Tanah yang longsor sampai menyeberang jalan raya dan berdampak lebih luas |
Bantuan berupa uang tunai, pakaian dan makanan kami serahkan ke posko Muhammadiyah Karangkobar. Disana sudah ada pak Harto dan rekan-rekannya yang menunggu kami. Kedatangan kami disambut dengan hangat. Mereka merasa senang dengan kepedulian banyak orang yang terus mengalir, bahkan meski bencana itu telah berlalu.
Banyak hal yang musti dipikirkan dan dirancang setelah bencana terjadi. Maka dari itu Pak Harto dan kawan-kawan telah membuat program-program pasca bencana. Program-program ini tentunya diperuntukan bagi korban, lokasi, dan masyarakat terdampak yang butuh pemulihan sekaligus bantuan. Diantaranya tempat tinggal, pakaian, MCK, jalan, dan tentunya pendidikan untuk para korban yang masih bersekolah. Apalagi anak-anak yang menjadi yatim karena orang tuanya tidak terselamatkan pada bencana tanah longsor tersebut.
|
Bantuan berupa pakaian diterima oleh Ibu Lili |
|
|
.
|
Aktivitas Dapur Umum di salah satu rumah warga |
|
Bersama crew Dapur Umum |
Setelah menyerahkan bantuan dan berbincang-bincang dengan panitia yang bertugas di posko Muhammadiyah, kami pun mohon pamit. Kami tidak sempat menemui para korban karena kami tiba di posko siang hari, yaitu waktu dimana para korban sedang beraktivitas. Kami sangat bersyukur dapat menunaikan tugas dengan baik. Semoga orang-orang yang menitipkan bantuannya kepada kami mendapat pahala yang setimpal. Begitu juga bagi para korban dan warga sekitar desa Karangkobar mudah-mudahan diberi kelapangan untuk menerima cobaan yang diberikan...aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar