Sabtu, 01 Agustus 2015

Peristiwa Bubat, Gajah Mada dihukum

 Kenapa ada semacam mitos orang Jawa tidak boleh menikah dengan orang Sunda?


Setelah sekian tahun menelan pesan yang menurut saya tak berdasar itu akhirnya saya temukan muara sejarahnya di serial novel Gajah Mada Hamukti Mosa. Novel ini merupakan salah satu masterpiecenya Langit Kresna Hariadi. Salah satu kesimpulan yang tidak terlalu mengejutkan setelah selesai membaca karya sastra ini adalah Saya Kuper. Kok bisa baru tau sejarah ini?? Itu kesimpulan sampingan. Selanjutnya mari kita buka lembaran karya ini.


Saat menikmati halaman demi halaman, Saya seperti ditarik ke masa silam, masa dimana masyarakat kita hidup di alam kerajaan. Saya pun semakin larut, merasa menjadi manusia abad 12. Menjadi penonton yang tau setiap detail peristiwa. 

Cerita berawal dari kecantikan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi. Kecantikan inilah yang saya pahami sekarang menjadi icon bahwa setiap gadis sunda itu cantik. Bagaimana tidak, Putri dari Raja Sunda Galuh itu mampu meluluhlantahkan hati Raja Majapahit. Dan yang luar biasa, Raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk bisa tergila-gila pada Putri Dyah Pitaloka hanya dengan melihat sang Putri dalam lukisan. Ternyata hanya dengan gambar saja hati laki-laki bisa porak poranda.

Karena yang sedang jatuh cinta ini seorang Raja, tentu harus segera difasilitasi. (Beda kalo kita ya, jatuh cinta gak ada yg peduli, hahaa..). Prabu Maharaja Linggabuana, ayah dari Dyah Pitaloka pun kemudian menyambut maksud baik Raja Majapahit. Raja Sunda galuh tersebut segera melakukan perjalanan ke kota Majapahit beserta istri, anaknya, Dyah Pitaloka sendiri dan beberapa kerabat istana beserta para pengawal. Setelah 10 hari melakukan perjalanan, tibalah mereka di Majapahit.

Rombongan kerajaan Sunda Galuh disambut di lapangan Bubat. Semua bergembira terutama Prabu Hayam Wuruk. Kecantikan asli Putri Dyah Pitaloka Citraresmi setelah dilihat dari dekat ternyata melebihi lukisannya. Prabu Hayam Wuruk semakin tenggelam dalam pesonanya. Tapi apa yang terjadi pemirsa?? Gajah Mada sebagai Mahapatih menyusupkan kepentingan politik di tengah-tengah suasana berbunga itu.

Gajah Mada meminta Kerajaan Sunda Galuh menyerahkan diri kepada Majapahit. Gajah Mada menginginkan raja-raja di Jawa bersatu dibawah kekuasaan Majapahit. Tentu saja permintaan gajah Mada diluar dugaan raja Sunda Galuh. Permintaan tersebut telah menyinggung dan melukai harga diri Prabu Maharaja Linggabuana dan keluarga. Mereka menolak permintaan Gajah Mada. 

Melihat reaksi tak kooperatif yang disampaikan Raja Sunda Galuh, Gajah Mada pun membantai habis Raja dan pasukannya. Melihat pertumpahan darah yang dialami Ayahnya sebagai raja, Dyah Pitaloka Citraresmi dan Ibunya bunuh diri. Mereka lebih memilih mati bersama kemuliaan daripada harus menyerahkan diri pada Majapahit. Peristiwa ini disebut sebagai perang Bubat. Tapi mungkin beberapa tidak sepakat dengan kata perang. Karena perang biasanya dilakukan dua pihak yang sama-sama siap dengan pasukan berimbang. Sementara kerajaan Sunda Galuh tidak siap, bahkan pengawal yang ikut serta pun hanya beberapa--karena tujuan kedatangan mereka untuk berkunjung.

Perang Bubat inilah yang menjadi cikal bakal dendam orang Sunda kepada Jawa. Setelah peristiwa perang Bubat, Gajah Mada dicopot dari jabatannya dan diasingkan selama setahun di lereng gunung Bromo.

Kabar kematian Raja Sunda Galuh dan keluarga di lapangan Bubat tentu membuat terpukul segenap rakyat Sunda Galuh. Mereka bersedih, putus harapan dan hilang arah karena kehilangan pemimpin mereka. Luka dan kesakitan yang mendalam ini melahirkan dendam kesumat. Rencana pembalasan pun disusun oleh rakyat Sunda Galuh.

Beginilah sejarah itu bertutur. Hati-hati, jangan dibaca dengan hati, nanti bisa teresap jadi sentimen-sentimen yang tidak menguntungkan diantara kita. Kalau memang sejarah itu benar, biarlah ia menjadi pelajaran yang berharga. Jika ada yang baik maka sepatutnya bisa dijadikan contoh untuk generasi sesudahnya. Tapi jika ada luka di masa lalu sebaiknya di kubur di kedalaman bumi paling dalam.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar