Rabu, 02 Desember 2015
Hallo Desember
Minggu, 22 November 2015
Benarkah Mengalir Seperti Air?
Rabu, 18 November 2015
Pahlawanku, Guru Yang Semangat, Kreatif dan Ikhlas
Minggu, 08 November 2015
Menepi
Setiap orang perlu sesekali menepi. Hanya seorang diri untuk menentukan kedaulatannya. Untuk bicara apa yang penting bagi dirinya. Untuk mendialogkan dengan Tuhan apa yang sekiranya baik baginya tapi tidak pernah diketahuinya. Untuk menentukan jalan-jalan bercabang yang mengecohkan tujuannya. Karena di luar sana terkadang ada orang-orang yang tidak pernah betul-betul tahu tentang kondisi kita tapi sok tahu. Ada orang-orang yang tidak betul-betul peduli pada kita tapi sok peduli. Ada orang-orang yang tidak pernah menemukan kebijakan tapi sok bijak.
Diluar dugaan-dugaan buruk itu-sebagai upaya independensi dan obyektifitas kita-tetap perlu untuk berpraduga baik. Bahwa masih ada (banyak) yang betul-betul tulus untuk peduli, tahu dan bijak.
So ketika aku menepi itu bukan karena takabur atau tak butuh orang lain. Aku hanya butuh bertanya pada diriku, bertanya pada Tuhanku, dan memperoleh kemerdekaanku. Bukan aku yang menjadi sesuai keinginan orang lain. Bukan juga berlaku untuk menghindari ketidaksukaan orang lain. Mungkin akan ada yang merasa kecewa. Tapi terlalu repot jika kita berupaya memuaskan semua pihak.
Sangat berbahaya kalau hidup kita selalu berkerumun. Ingat! Kerumanan, grombolan, keramaian, kepadatan, dimana-mana selalu berpotensi menimbulkan gesekan. Hal itu wajar. Lalu lintas yang terlalu padat sangat berpotensi terhadap kecelakaan. Pasar yang terlalu sesak juga lebih berpotensi pada tindak kejahatan, atau minimal mudahnya tersulut emosi. Maka manusia butuh ruang bebas untuk melihat dirinya. Selain ruangan, satu yang perlu di bawa ke ruang privat itu, cermin besar!
Cobalah tatap diri kita pada cermin. Sempurnkah? Atau kita punya noda? Kalau iya, dimana letaknya? Maka menepilah, bercermin dengan hati yang terbuka.
Rabu, 04 November 2015
November yang Penuh Tanda Tanya
Minggu, 25 Oktober 2015
Sehatku
Kesehatan itu bukan karunia cuma-cuma. Ia bisa dimiliki dengan usaha keras dan penjagaan super ketat. Mari peroleh kesehatan dengan mengkonsumsi nutrisi yang cukup, bergizi, dan olah raga tentunya...
Ikuti reportase Dwi Setyowati di ahad pagi sehat ini...😀😉.
Suatu pagi yang cerah, semua orang ingin meregangkan otot dan merefreshkan otak. Eng ing eng...
Sabtu, 24 Oktober 2015
Kopiku Seperempat
Kopiku tinggal seperempat. Kamu masih belum bergeming. Aku pun memperlambat meminumnya. Agar masih ada harapan di tetes akhirnya. Ya. Ada harapan.
Minggu, 18 Oktober 2015
Panti yang Menyemaikan Kasih Sayang
Kamis, 15 Oktober 2015
Jumat, 09 Oktober 2015
Memaafkan Bukan Berarti Melupakan
Rekonsiliasi yang tidak menemukan momentum. Yang tidak tau siapa yang musti minta maaf dan memaafkan. Yang tidak rela dan merelakan. Yang saling curiga mencurigai. Yang terbengkalai karena berderet persoalan yang datang belakangan. Siapa sanggup??
Selasa, 06 Oktober 2015
Hujan di atas Kota
Asap-asap pabrik telah terlipat
Kamis, 24 September 2015
Mengenal Orang-orang Inspiratif
Kalau aku ditanya hal apa saja yang aku syukuri saat ini? Aku akan memberikan jawaban berderet-deret seperti antrian tiket kereta api saat lebaran. Salah satu dari deretan itu adalah aku bersyukur telah diberi kesempatan untuk mengenal orang-orang yang inspiratif.
Kalau kita diberi harta, mungkin akan habis sekali guna. Tapi kalau kita diberi inspirasi, Ia akan berkembang berlipat-lipat.
Inspirasi tidak selalu datang dari orang-orang terkaya di dunia, orang tercerdas, atau orang paling tinggi kekuasaannya. Inspirasi bisa datang dari mana dan siapa saja. Maka selalulah menundukan hati kita untuk peroleh mutiara dari tempat-tempat yang tak terduga. Ia bisa muncul dari kotak emas, meja marmer, lemari reot, karung sobek, atau bahkan di comberan mampet. Semua itu, sekali lagi, hanya bisa didapat dengan penglihatan yang jernih.
Hari ini aku belajar tentang integritas dan ketulusan dari dua orang yang secara lapisan sosial sangat berbeda. Satu orang mewakili lapisan paling atas, satu orang mewakili lapisan paling bawah. Kedua-duanya adalah manusia pilihan di mata saya. Mereka berdua adalah manusia-manusia super yang total dan menghindarkan diri dari keluh kesah. Jiwa mereka begitu lapang, aura-aura kebaikan selalu menyertai langkah mereka. Aku bersyukur telah dipertemukan dengan mereka. Semoga energi yang terpancar menggumpal dan menetap dalam spiritku untuk bekerja, berkarya, total.
Minggu, 13 September 2015
Berhenti Sejenak
Jumat, 04 September 2015
Pandai-pandailah Berterimakasih
Ngopi dulu yuk biar gak tegang.., glek..srupuut...