Rabu, 02 Desember 2015

Hallo Desember

Hallo Desember, dengan segala keterakhiran aku ingin menyapamu sebagai kesempatan. Kesempatan yang selalu dinanti kemudian sebagian menangisi. Kesempatan yang setiap orang mengandaikan datang untuk kedua kali. Sedangkan kau hanyalah sebuah nama yang mewakili waktu. Waktu yang tidak pernah mundur. Waktu yang tidak pernah kenal kompromi.

Hallo Desember dan tahun yang meliputi. Banyak yang dihadiahkan Tuhan tak terkira. Bahagia dan derita kupikir sama saja. Hanya beda suasana. Terimakasih dan selalu terimakasih, itu kalimat yang pantas kupanjatkan. Tuhan terlalu baik

Minggu, 22 November 2015

Benarkah Mengalir Seperti Air?


Filosofi Hidup mengalir seperti air mungkin perlu dipertanyakan ulang. Bagaimana mungkin manusia yang punya potensi akal dan nurani akan berjalan begitu saja seperti hukum air yang pasrah terhadap ruang. "Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah". Begitu  terus. Sampai akhirnya nanti air akan tergenang ketika tidak ada tempat yang lebih rendah untuk mengalir. Air akan berhenti. Bagaimana manusia??

Rabu, 18 November 2015

Pahlawanku, Guru Yang Semangat, Kreatif dan Ikhlas

Di kampung, sekolah itu tidak wajib punya fasilitas bagus, yang wajib adalah punya  guru-guru yang semangat, kreatif dan ikhlas tentunya. Apalah jadinya jika sekolah di kampung yang berdiri dengan segala keterbatasan tidak didampingi oleh guru-guru hebat? Bisa bubarlah pendidikan, mandeklah potensi anak-anak dan terkuburlah cita-citanya.

Untungnya ada guru-guru yang hebat, itulah yang Saya rasakan saat menempuh pendidikan dasar (Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah) di kampung dulu. Guru-guru yang tidak mengeluh saat gajinya telat (Sudah telat, sedikit pula!). Guru-guru yang tidak mengedepankan formalitas tapi mendorong substansi (pengalaman sekolah tanpa alas kaki karena banjir dan tidak pernah dipermasalahkan oleh guru). Guru-guru yang berbaur dengan muridnya dan menikmati setiap detik proses pembelajaran. Itulah sebabnya guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Saya sepakat!

Minggu, 08 November 2015

Menepi

Setiap orang perlu sesekali menepi. Hanya seorang diri untuk menentukan kedaulatannya. Untuk bicara apa yang penting bagi dirinya. Untuk mendialogkan dengan Tuhan apa yang sekiranya baik baginya tapi tidak pernah diketahuinya. Untuk menentukan jalan-jalan bercabang yang mengecohkan tujuannya. Karena di luar sana terkadang ada orang-orang yang tidak pernah betul-betul tahu tentang kondisi kita tapi sok tahu. Ada orang-orang yang tidak betul-betul peduli pada kita tapi sok peduli. Ada orang-orang yang tidak pernah menemukan kebijakan tapi sok bijak.

Diluar dugaan-dugaan buruk itu-sebagai upaya independensi dan obyektifitas kita-tetap perlu untuk berpraduga baik. Bahwa masih ada (banyak) yang betul-betul tulus untuk peduli, tahu dan bijak.

So ketika aku menepi itu bukan karena takabur atau tak butuh orang lain. Aku hanya butuh bertanya pada diriku, bertanya pada Tuhanku, dan memperoleh kemerdekaanku. Bukan aku yang menjadi sesuai keinginan orang lain. Bukan juga berlaku untuk menghindari ketidaksukaan orang lain. Mungkin akan ada yang merasa kecewa. Tapi terlalu repot jika kita berupaya memuaskan semua pihak.

Sangat berbahaya kalau hidup kita selalu berkerumun. Ingat! Kerumanan, grombolan, keramaian, kepadatan, dimana-mana selalu berpotensi menimbulkan gesekan. Hal itu wajar. Lalu lintas yang terlalu padat sangat berpotensi terhadap kecelakaan. Pasar yang terlalu sesak juga lebih berpotensi pada tindak kejahatan, atau minimal mudahnya tersulut emosi. Maka manusia butuh ruang bebas untuk melihat dirinya. Selain ruangan, satu yang perlu di bawa ke ruang privat itu, cermin besar!

Cobalah tatap diri kita pada cermin. Sempurnkah? Atau kita punya noda? Kalau iya, dimana letaknya? Maka menepilah, bercermin dengan hati yang terbuka.

Rabu, 04 November 2015

November yang Penuh Tanda Tanya

Antara hujan dan kemarau kadang terselip keabsurdan. Seperti cahaya bintang di musim peralihan. Ia tersamar meski berpijar. Lalu buru-buru kita mendakwa gelap. Padahal tidak. Hanya kita kurang cermat terhadap realitas yang tertutupi. Jadi?


Minggu, 25 Oktober 2015

Sehatku

Kesehatan itu bukan karunia cuma-cuma. Ia bisa dimiliki dengan usaha keras dan penjagaan super ketat. Mari peroleh kesehatan dengan mengkonsumsi nutrisi yang cukup, bergizi, dan olah raga tentunya...

Ikuti reportase Dwi Setyowati di ahad pagi sehat ini...😀😉.

Suatu pagi yang cerah, semua orang ingin meregangkan otot dan merefreshkan otak. Eng ing eng...

Sabtu, 24 Oktober 2015

Kopiku Seperempat

Kopiku tinggal seperempat. Kamu masih belum bergeming. Aku pun memperlambat meminumnya. Agar masih ada harapan di tetes akhirnya. Ya. Ada harapan.

Minggu, 18 Oktober 2015

Panti yang Menyemaikan Kasih Sayang

Mungkin kita pernah kesal pada ayah ibu yang tidak memenuhi keinginan kita, mungkin kita pernah membentak ibu karena mengganggu nyamannya tidur kita di pagi hari-berteriak membangunkan kita anaknya untuk sekolah, mungkin kita pernah membenci ayah karena sering memarahi kita, mungkin kita pernah merasa malu karena apa yang kita pakai-sepatu, baju, handphone-sangat ketinggalan mode dan kita menuduh ayah ibu kita pelit, tak sayang kita. Tapi pernahkah kita berfikir bagaimana rasanya jika kita tidak pernah mengetahui siapa dan dimana ayah ibu kita??

Kemarin (17/10) saya berkesempatan mengunjungi Panti Asuhan Bayi Sehat (PABS) Muhammadiyah Cabang Sukajadi-Bandung bersama teman-teman NA, bu Dini, bu Ida, bu Syifa dan bu Piah. Ini adalah kesempatan yang betul-betul saya syukuri. Bersyukur bisa merasakan betapa hidup ini sangat berharga, bersyukur masih menemukan banyak orang-orang baik di dunia ini seperti pak Yanto dan tim (pengurus panti). Bersyukur masih bisa merasakan malu karena belum pernah mensistemkan kebaikan untuk melibatkan banyak orang berbuat baik. 

Saya sempat mendokumentasikan kelucuan bayi-bayi di panti ini, tapi mungkin tidak saya publish disini demi melindungi eksistensi kemanusiaan mereka. Yang jelas air mata ini tak henti-hentinya berderai setelah mengetahui beberapa mereka tidak diketahui identitas orang tuanya (karena tidak diharapkn, dititipkan kepada orang), orangtuanya menjadi korban kecelakaan, kerusuhan, atau sebatas ketidakmampuan orangtua mengasuh bayinya.

Ketika bayi-bayi ini menanyakan siapa orang tua mereka, pak Yanto pengurus panti selalu dengan tegas menjawab, "saya lah orang tua kalian". Itulah sebabnya pak Yanto selama lebih dari 35 tahun tak pernah mau meninggalkan panti ini. Panti yang menyemaikan kasih sayang kepada setiap anak, panti yang menjadi titik terang bagi mereka yang terbuang.

Jumat, 09 Oktober 2015

Memaafkan Bukan Berarti Melupakan

Rekonsiliasi yang tidak menemukan momentum. Yang tidak tau siapa yang musti minta maaf dan memaafkan. Yang tidak rela dan merelakan. Yang saling curiga mencurigai. Yang terbengkalai karena berderet persoalan yang datang belakangan. Siapa sanggup??

Selasa, 06 Oktober 2015

Hujan di atas Kota


Asap-asap pabrik telah terlipat
Kemarau pergi menjadi masa silam
Datanglah yang ditunggu-tunggu
Kabar baik juga kabar buruk
Hujan di atas kota
Keheningan juga kepedihan
Tenggelamlah tenggelam
Kesombongan manusia-manusia sibuk
Di tengah genangan
Yang melumpuhkan

Ada tawa bocah-bocah
Yang bahagia diatas perahu karetnya
Yang berenang-renang
Di halaman rumahnya
Bocah-bocah terus menari
Bersorak sorai
Orangtuanya jongkok di atas genteng
Memikirkan  beras yang terendam
Dan ijazah yang basah

Di perempatan lampu merah
Jerit klakson saling bersautan
Luapan banjir datang dari langit
Luapan emosi pun datang
dari balik mobil-mobil mewah
Begitulah kau
Ditunggu-tunggu untuk di maki
Hujan di atas kota 



Kamis, 24 September 2015

Mengenal Orang-orang Inspiratif

Kalau aku ditanya hal apa saja yang aku syukuri saat ini? Aku akan memberikan jawaban berderet-deret seperti antrian tiket kereta api saat lebaran. Salah satu dari deretan itu adalah aku bersyukur telah diberi kesempatan untuk mengenal orang-orang yang inspiratif.

Kalau kita diberi harta, mungkin akan habis sekali guna. Tapi kalau kita diberi inspirasi, Ia akan berkembang berlipat-lipat.

Inspirasi tidak selalu datang dari orang-orang terkaya di dunia, orang tercerdas, atau orang paling tinggi kekuasaannya. Inspirasi bisa datang dari mana dan siapa saja. Maka selalulah menundukan hati kita untuk peroleh mutiara dari tempat-tempat yang tak terduga. Ia bisa muncul dari kotak emas, meja marmer, lemari reot, karung sobek, atau bahkan di comberan mampet. Semua itu, sekali lagi, hanya bisa didapat dengan penglihatan yang jernih.

Hari ini aku belajar tentang integritas dan ketulusan dari dua orang yang secara lapisan sosial sangat berbeda. Satu orang mewakili lapisan paling atas, satu orang mewakili lapisan paling bawah. Kedua-duanya adalah manusia pilihan di mata saya. Mereka berdua adalah manusia-manusia super yang total dan menghindarkan diri dari keluh kesah. Jiwa mereka begitu lapang, aura-aura kebaikan selalu menyertai langkah mereka. Aku bersyukur telah dipertemukan dengan mereka. Semoga energi yang terpancar menggumpal dan menetap dalam spiritku untuk bekerja, berkarya, total.

Minggu, 13 September 2015

Berhenti Sejenak

Berterimakasihlah jika kita diberi kesibukan. Tapi sibuk yang tidak produktif tentu saja kurang sehat. Sibuklah dengan kualitas yang tinggi. Jangan sibuk tapi tidak menghasilkan apa-apa. Namun diluar kendali kita sebagai manusia, kendati tidak menghasilkan apa-apa, Tuhan tetap memerintahkan kita untuk sibuk. Ya, sibuklah kamu!

Pagi ini disela-sela keletihan, aku teringat cletukan seorang sahabat, "Sungguh tersiksanya orang yang letih karena tidak melakukan apa-apa. Jadi ketika kita letih karena bekerja itu sesungguhnya jauh lebih nikmat daripada letih karena kebingungan akan melakukan apa." Maka akupun bersyukur atas keletihan ini (meski sempat terbesit bayangan hidup santai berleha-leha).

Sibuk bukan berarti tak berhenti. Jangan sampai kita kehilangan makna karena tidak pernah berhenti. Dengan berhenti kita punya kesempatan mengevaluasi. Dengan berhenti kita punya kesempatan menyusun energi. Dengan berhenti kita bisa menyiapkan diri untuk lebih produktif lagi. Bukankah mesin saja tidak bagus kalau digunakan terus-menerus? Maka berhentilah sejenak.


Jumat, 04 September 2015

Pandai-pandailah Berterimakasih

Ketika ada orang yang selalu merasa tidak puas dengan pemberian kita, ada dua kemungkinan; kita yang kurang atau dia yang tidak bersyukur. Maka pandai-pandailah berterimakasih. Karena rasanya dituntut untuk lebih itu tidak enak. Bayangkan saja jika  kita menghidangkan masakan untuk seseorang, lalu tanpa mengucapkan terimakasih orang tersebut berkomentar, "masakannya kurang asin, terlalu keras, kurang matang, terlalu lembek, terlalu ini terlalu itu," lalu yang terakhir dilepehkanlah makanan itu di depan mata kita. Rasanya seperti apa? Enak kan? Ya pasti enak...ahaa.. 

Selamat berakhir pekan, 

Ngopi dulu yuk biar gak tegang.., glek..srupuut...




Senin, 03 Agustus 2015

Ayah

Ngeliat aksi nekad seorang ayah yang menawarkan ginjalnya demi membiayai putrinya kuliah bikin merinding. Betapa cinta seorang ayah terhadap putrinya melebihi nyawanya, betapa untuk mendapatkan sesuatu butuh pengorbanan tingkat akhir, betapa tanggungjawab menjadi orangtua itu membikin syaraf-syaraf seseorang dituntut berpikir diluar normal, dan terakhir, betapa pendidikan itu sulit terjangkau oleh kalangan menengah bawah.

Minggu, 02 Agustus 2015

Cinta dan Ketulusan

Cinta dan ketulusan adalah seperangkat sistem yang tak bisa dipisahkan. Cinta bukanlah bisnis yang senantiasa mengharap keuntungan, cinta bukanlah sandiwara yang penuh kepura-puraan, cinta bukanlah ajang kompetisi yang membagi manusia menjadi dua; pemenang-pecundang, cinta bukanlah politik yang berambisi untuk mendominasi atau menguasai. Cinta adalah kebalikan dari itu semua, tidak mengharapakan keuntungan, tidak pura-pura, tidak menag-kalah, tidak pula mendominasi. Cinta adalah memberi, jujur, pasrah dan berbagi. Untuk itu semua cinta butuh ketulusan.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Peristiwa Bubat, Gajah Mada dihukum

 Kenapa ada semacam mitos orang Jawa tidak boleh menikah dengan orang Sunda?


Setelah sekian tahun menelan pesan yang menurut saya tak berdasar itu akhirnya saya temukan muara sejarahnya di serial novel Gajah Mada Hamukti Mosa. Novel ini merupakan salah satu masterpiecenya Langit Kresna Hariadi. Salah satu kesimpulan yang tidak terlalu mengejutkan setelah selesai membaca karya sastra ini adalah Saya Kuper. Kok bisa baru tau sejarah ini?? Itu kesimpulan sampingan. Selanjutnya mari kita buka lembaran karya ini.


Saat menikmati halaman demi halaman, Saya seperti ditarik ke masa silam, masa dimana masyarakat kita hidup di alam kerajaan. Saya pun semakin larut, merasa menjadi manusia abad 12. Menjadi penonton yang tau setiap detail peristiwa. 

Cerita berawal dari kecantikan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi. Kecantikan inilah yang saya pahami sekarang menjadi icon bahwa setiap gadis sunda itu cantik. Bagaimana tidak, Putri dari Raja Sunda Galuh itu mampu meluluhlantahkan hati Raja Majapahit. Dan yang luar biasa, Raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk bisa tergila-gila pada Putri Dyah Pitaloka hanya dengan melihat sang Putri dalam lukisan. Ternyata hanya dengan gambar saja hati laki-laki bisa porak poranda.

Selasa, 28 Juli 2015

Banyu dan Bapaknya

Baru punya ponakan saja rasanya bungah ora lumprah, apalagi jika tiba gilirannya punya anak dari rahim sendiri, pasti aku akan menjadi ibu yang baik (Ups, pembahasan jadi mbleber-mbleber, haha.. mari fokus pada dua laki-laki menawan: kakaku dan anak laki-lakinya).

Senangnya menyaksikan keakraban yang di bangun kakaku, Toni dan anak laki-lakinya, Banyu. Mereka seperti teman bermain yang sebaya, hihi..

Yuk kita intip...