Rabu, 28 Januari 2015

Selaras, Seimbang

Keselarasan dan keseimbangan telah menjaga keteraturan sistem. Maka berjalanlah dengan seimbang, agar hidupmu tak goyang, otakmu tak goyang, hatimu tak goyang. Kalau pun goyang, goyanglah dengan seimbang...



Edisi Ngos-ngosan seharian, tak seimbang,
28 Jan....'15

Senin, 26 Januari 2015

5 Tipe Tukang Parkir


“Terus...terus...” aba-aba seorang lelaki berkaos putih di halaman sebuah toko. Lelaki ini tengah memarkir sebuah mobil box untuk memutar rodanya mundur ke arah kanan. Lambaian tangan dan teriakan laki-laki yang kurang lebih berprofesi sebagai tukang parkir itu meyakinkan sang supir untuk mengarahkan mundur mobilnya. Sedangkan posisi mobil masih menjorok ke halaman dalam pertokoan, sehingga membuat siapa saja, pengendara maupun pejalan kaki tak “ngeh” dengan mobil yang hendak mundur. 

Istri Mbah Slamet Sakit



Sekitar empat hari yang lalu saya menerima telpon dari sahabat di seberang. Suaranya masih renyah seperti sediakala, tawanya selalu lepas--dalam segala kondisi. Sahabat saya ini adalah laki-laki dengan energi luar biasa. Namanya Slamet. Kami biasa memanggilnya Mbah Slamet.

Kamis, 22 Januari 2015

Menerima Kodrat

Sejak semalaman gerimis, sesekali hujan, terus mengguyur ibu kota. Kota yang penuh debu itu seketika luruh dalam penerimaannya. Menerima sebagai bumi yang menjadi partikel kecil dalam bungkusannya. Menerima sebagai bumi yang kapan saja bisa dijatuhi benda-benda angkasa karena kodrat grafitasinya, termasuk air. Yah, Jakarta dengan segala kebinalannya menerima kodrat, mengadahi hujan.

Rabu, 21 Januari 2015

Biarlah Hujan Tetap Hujan


Pagi ini langit menangis, sesenggukan, lalu membuncah. Seperti sedang berkabung atas matinya etika dan estetika dalam seonggok daging yang merah. Ia tersedu, menyaksikan bayangannya yang hancur. Bayangan itu adalah kekasih yang Ia tampar bertubi-tubi.

Selasa, 20 Januari 2015

Waktu dan Pemuda Gagah




Waktu terus melenggang dengan cueknya. Ia tak peduli seberapa banyak orang yang berteriak dan memintanya kembali. Ia tetap saja berjalan. Mungkin Ia laksana pemuda yang gagah, dengan sedikit kesombongan Ia melewati bermacam-macam barisan para gadis.

Barisan pertama adalah barisan para gadis yang sadar akan lewatnya seorang pemuda tampan nan menawan. Maka begitu sang pemuda lewat, barisan gadis siap menangkap kesempatan untuk menguasai si tampan.