Rabu, 23 Maret 2016

Perjalanan Ikhlas


Ikhlas adalah sebuah proses perjalanan yang panjang. Ia bukan pemberian yang tiba-tiba. Ikhlas seperti menempuh jalan terjal, mendaki dan melelahkan. Saat itulah-saat jalan kita sudah berasa mentok, saat menyadari kita tak bisa lagi berbuat apa-apa, ikhlas kemudian datang pelan-pelan, bersama hadirnya sumber kekuatan yang tak pernah bisa dimiliki oleh makhluk dengan segala keterbatasan: manusia. Karena itu ikhlas hanya dipunyai oleh orang-orang yang sepenuhnya meyakini ada sumber kekuatan diluar dirinya, yaitu Tuhan. Tanpa keyakinan ini, manusia akan memasuki ruang hampa dan kemarahan besar pada dirinya sendiri. Marah pada kelemahannya, marah pada ketidakberdayaannya. 

Maka benar saja, orang yang paling bahagia di dunia ini adalah orang-orang beriman. Orang yang dalam hatinya ada keikhlasan, yakni keyakinan bahwa perbuatan atau usahanya tidak akan diabaikan, tapi pasti dibayar. Pembayaran itu bisa berupa pahala, bisa juga dunia, yang terpenting adalah dibayar dengan cinta oleh Yang Maha Cinta dan Berdaya. Yang terakhir tersebut "cinta/rahmat" adalah bayaran paling mahal yang diberikan Tuhan bagi siapa yang dikehendakinya.

Kalaulah manusia itu hebat, tentu saja manusia bisa menghentikan kematiannya. Kalaulah manusia itu kuat tentu saja manusia bisa menahan gempa bumi, tsunami atau semua marabahaya yang ada. Kalaulah manusia itu sempurna, maka manusia tidak punya kesalahan dan  kebutuhan apa pun-tidak butuh temannya, tidak butuh makan, tidak butuh  pakaian, tidak butuh udara, tidak butuh segala macam organ tubuh yang melekat pada badannya. Atau manusia sendiri tak butuh badannya untuk dikatakan hidup. Tapi manusia tidak hebat, manusia tidak kuat, manusia tidak sempurna. Kalau ada sedikit kehebatan, secuil kekuatan, atau setitik kelebihan, itu semua adalah pemberian. Pemberian yang bisa diambil sewaktu-waktu oleh yang memberi.  

Untuk itu dalam memainkan peran apa pun di dunia-beribadah, berbuat baik, atau ditimpa coba bencana-manusia dibimbing untuk ikhlas. Ikhlas artinya bahagia penuh rasa syukur dan pengharapan pada Tuhan semata. Dalam ikhlas ada pengakuan: kelemahan, ketidakberdayaan, dan kepapaan, lalu menyandarkan diri pada yang Kuasa atas segala kondisi yang menimpa.

Semoga kita senantiasa terlatih untuk bekerja keras, bersungguh-sungguh, mengharap cinta-Nya dan yang terpenting ikhlas dalam menjalani semua.
Aamiin...


Batavia, 24 Maret 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar