Bahagia poll punya kamus yang keren ini, “Kamus bahasa Banyumas”. Kamus yang berisi kosa kata khas daerah
Banyumas. Tau kan Banyumas? Itu lho salah satu kabupaten nan damai di Jawa
Tengah. Kamus ini hadir menjawab pertanyaan masyarakat dunia tentang apa sih
yang membedakan bahasa Banyumas dengan bahasa Jawa?
Pertanyaan diatas sama halnya dengan pertanyaan turis-turis asing tentang
apa sih bedanya Bali dan Indonesia? Yup, Bali adalah bagian dari Indonesia.
Begitu juga bahasa Banyumas adalah bagian dari bahasa Jawa dengan karakter dan
identitas kebanyumasannya tersendiri.
Kamus setebal 334 halaman ini membuatku geleng-geleng. Ternyata banyak kata-kata yang sering kugunakan untuk komunikasi di kampung dan lebih banyak lagi yang baru ku ketahui di kamus ini. Oh Tuhan.., aku semakin yakin, bahasa Banyumas inilah sebuah aset maha mahal yang aku punya.
Penyusun kamus ini adalah budayawan sekaligus sastrawan lokal yang karyanya
udah mengglobal. Pasti Anda tidak asing lagi dengan novel “Ronggeng Dukuh Paruk”,
masterpiece Ahmad Tohari. Ya, Ahmad Tohari
adalah sastrawan kelahiran asli Banyumas. Membaca trilogi Ronggeng Dukuh
Paruk serasa masuk ke dalam relung suasana pedesaan di Banyumas tahun 1960-an.
Tak heran jika akhirnya novel tersebut difilmkan dengan judul “Sang Penari”.
Wah, aku jadi cerita novel nih... Baiklah, soal Ahmad Tohari dan karyanya
mungkin akan ku ceritakan pada episode selanjutnya ya...
Kita kembali soal kamus bahasa Banyumas. Bagi Anda para pegiat bahasa atau
pun budaya, atau bahkan orang awam sekali pun, saya rekomendasikan banget untuk
mempunyai kamus ini. Sah-sah saja Anda belajar bahasa Inggris, Mandarin, Korea,
Arab dan semua yang berbau asing, tapi siapa yang akan menjaga bahasa lokal
kita kalau bukan kita sendiri? Ayolah mulai bangga dengan apa yang kita punya.
Jangan sampai bahasa Banyumas itu nanti akan mengancam kita seperti syair
lagunya Mulan Jameela, “Kamu pasti nanti kan menyadarinya, saat aku tak lagi
ada...”hiks...
Anak-anak wajib dikenalkan
Bagi para orang tua sebaiknya tak lupa mengenalkan bahasa lokal kepada
anak-anaknya. Kalau Anda orang Banyumas dan sekitarnya, bahasa lokal tersebut
adalah bahasa Banyumas tentunya. Kita, anak kita, cucu kita, harus dipahamkan
betul akar budayanya. Jangan sampai anak cucu atau generasi kita lupa dan asing
dengan bahasanya sendiri. Jangan sampai juga nanti anak cucu kita harus
ambil kuliah Bahasa Banyumas di Belanda. Gak lucu kan?
Maka dari sekarang kita harus
jadi penjaga gawang bahasa lokal, pokoke aja nganti kebobolan. Aja nganti
getun neng mburi. Sebab apa? Sebab sedikitnya 169 bahasa daerah di
Indonesia saat ini terancam punah. Owalah biyung… Selamatkan bahasa daerah!
Saya bersyukur di Banyumas masih ada
orang-orang yang mengupayakan pendokumentasian bahasa lokal seperti ini. Apresiasi
mendalam saya ucapkan kepada Bapak Ahmad Tohari dan tim. Ini adalah antisipasi
cerdas untuk menjaga kepunahan bahasa Banyumas. Mudah-mudahan kita akan semakin
fasikh lagi dalam melafadzkan dialek Banyumasan. Bagi yang sudah lupa-lupa
ingat, mari kita buka kamus ini…
Saya kasih bocoran sedikit ya, beberapa kata yang
ada di kamus. Mungkin Anda akan bernostalgia dengan beberapa kata karena sudah
jarang menggunakannya, atau Anda yang usianya masih remaja akan mengernyitkan
dahi karena baru mengetahuinya. Atau Anda bahkan lupa karena sudah saking
lamanya tinggal di Arab atau Hongkong.
Contoh:
Blendhing
: perutnya buncit tubuhnya kurus.
Kalimat : Bocah koh ora gedhe-gedhe, mung wetenge
thok sing mblendhing.
Kisut : Berkerut, keriput.
Kalimat : Pipine baen wis kisut ning esih lenjeh
Genthoak : Berteriak-teriak, bicara keras-keras
Kalimat
: Wis wengi cah, aja genthoakan bae!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar