Kamis, 23 April 2015

Kenapa Kita Tidak Ada

Mungkin kita sama-sama sedang mencari bentuk. Ada halaman yang belum khatam kita baca. Atau sesungguhnya kita telah membaca namun melupa. Kita lama terdiam mengingat-ingat. Sejauh mana kita telah berusaha untuk mencipta warna. Namun terhenyak, ternyata kita tidak mencipta apa-apa. Kesedihan adalah hal sia-sia. Tapi kita bisa apa selain melakoninya. Saking lamanya sampai kita lupa jua sedang bersedih. Hal yang paling membahagiakan adalah saat lupa itu. Kita tertawa-tawa. Lalu tersadar dan kembali bersedih. Tapi air mata sudah tak punya ruang. Yang tersisa hanya pipi yang cekung, layaknya batu yang gerowong karena terus-terusan ditempa air dari ketinggian. Nanti mungkin pipi kita juga akan habis. Kondisinya selalu meringis karena susunan gigi berbaris tanpa daging. Hai, kita ada dimana? Kenapa ada raga yang tidak kita kenal menempel dalam diri kita? Hai, siapa ini? Gigi-gigi dan tulang belulang yang mengerikan bisa berjalan. Oh...ternyata kita tidak ada. Iya, tidak ada! Aku bingung, kenapa kita tidak ada...



Hening, 24 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar