Selasa, 20 Januari 2015

Waktu dan Pemuda Gagah




Waktu terus melenggang dengan cueknya. Ia tak peduli seberapa banyak orang yang berteriak dan memintanya kembali. Ia tetap saja berjalan. Mungkin Ia laksana pemuda yang gagah, dengan sedikit kesombongan Ia melewati bermacam-macam barisan para gadis.

Barisan pertama adalah barisan para gadis yang sadar akan lewatnya seorang pemuda tampan nan menawan. Maka begitu sang pemuda lewat, barisan gadis siap menangkap kesempatan untuk menguasai si tampan.
Barisan kedua adalah barisan para gadis yang sadar akan kedatangan si gagah tapi mereka tidak membuat persiapan apa pun, mereka hanya berkhayal-khayal akan datang pada mereka si gagah. Begitu si gagah datang, barisan ini tersentak, belum sempat bersolek. Jangankan menguasai, membuat si gagah itu melirik saja tak mampu.

Lalu barisan ketiga adalah barisan para gadis yang tak sadar. Barisan ini tidak punya angan-angan, tidak uptudate, juga "getunan". Mereka ini sering duduk dalam lamunan yang kosong. Lalu menjadi hancur setelah tahu bahwa pemuda gagah nan tampan telah lewat dan mereka lewatkan. Sekuat apa pun mereka berlari toh kenyataannya pemuda itu telah lewat. Menyedihkan ya..?

Anda termasuk barisan yang mana?

Terus terang saya agak frustasi. Setelah mendeteksi dan meneliti ke dalam sepertinya saya masuk barisan kedua. Barisan yang suka berangan-angan, sudah merasa besar dan hebat padahal itu masih dalam angan-angan. Yah namanya juga angan-angan, pasti kerajaannya tak terbatas, luaaas sekali. Dan di penghujung tahun biasanya mendadak menjadi barisan gigit jari. Miris...

Saat kita berkenan membuka lebar pandangan, kita harus jujur bahwa diluar sana banyak manusia-manusia hebat yang langkahnya sangat cepat atau mungkin ada juga yang lambat tapi tepat. Yang selalu sigap menangkap pemuda gagah. Tentu bukan dengan cara yang mudah dan biasa-biasa. Ada trik-trik dan do'a-do'a khusus. Begitulah bahwa tak mudah menaklukan waktu, pemuda gagah.

Bisa jadi kita kehilangan banyak waktu karena banyak berangan-angan. Seperti barisan gadis yang kedua, hanya berandai-andai tanpa rencana yang terukur. Atau lebih parahnya seperti barisan gadis ketiga yang tak sadar hidup dalam putaran waktu. Waktu siap meninggalkan siapa saja yang lengah. Tanpa ampun, tanpa kompromi. Bersiaplah...

Ibu kota dalam kerinduan pada ibu, 21 Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar